Definisi sahabat sebagaimana yang
disebutkan oleh Ibnu Hajar al-‘Asqolaani (Seorang ulama besar madzhab
Syafi’i) adalah :
Orang yang bertemu dengan Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam dalam keadaan beriman kepadanya dan meninggal dalam keadaan
beriman kepadanya pula.
Karenanya
barang siapa yang setelah wafatnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam-
masih bisa bertemu dengan Nabi dalam keadaan terjaga (tidak tidur) maka
ia adalah termasuk jajaran para sahabat.
Hal ini sebagaimana dijelaskan
oleh Al-Hafiz Ibnu Hajar rahimahullah. Beliau berkata :
ونُقِلَ
عن جماعة من الصالحين أنهم رأوا النبي صلى الله عليه وسلم في المنام ثم
رأوه بعد ذلك في اليقظة وسألوه عن أشياء كانوا منها متخوفين فأرشدهم إلى
طريق تفريجها فجاء الأمر كذلك قلت وهذا مشكل جدا ولو حمل على ظاهره لكان هؤلاء صحابة ولأمكن بقاء الصحبة إلى يوم القيامة ويعكر عليه أن جمعا جما رأوه في المنام ثم لم يذكر واحد منهم أنه رآه في اليقظة وخبر الصادق لا يتخلف
“Dinukilan
dari sekelompok orang-orang sholeh bahwasanya mereka telah melihat Nabi
shallallahu ‘alahi wa sallam dalam mimpi lalu merekapun melihatnya
setelah itu dalam kondisi terjaga. Lalu mereka bertanya kepada Nabi
tentang perkara-perkara yang mereka khawatirkan, maka Nabipun memberi
arahan kepada solusi, lalu datanglah solusi tersebut.
Aku (Ibnu Hajar)
berkata :
Ini merupakan perkara yang sangat menimbulkan permasalahan. Kalau
nukilan ini dibawakan kepada makna dzohirnya maka para orang-orang
sholeh tersebut tentunya adalah para sahabat Nabi, dan akhirnya
kemungkinan menjadi sahabat Nabi akan terus terbuka hingga hari kiamat.
Dan yang merusak makna dzohir ini bahwasanya ada banyak orang yang
telah melihat Nabi dalam mimpi lalu tidak seorangpun dari mereka
menyebutkan bahwa ia telah melihat Nabi dalam kondisi terjaga. Dan
pengkhabaran orang jujur tidak akan berbeda”
(Fathul Baari 12/385)
Karenanya berdasarkan definisi Sahabat diatas maka orang-orang yang mengaku bertemu Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam dalam kondisi terjaga (tidak tidur) mereka telah termasuk para
sahabat Nabi. Alias para sahabat “BARU”, alias para Sahabat yang belum sempat tertulis
dalam buku-buku para ulama yang menjelaskan tentang nama-nama dan
biografi para sahabat baru tersebut.
Ternyata diantara para sahabat “BARU” tersebut
ada yang berasal dari tanah air Indonesia, yaitu:
1. Guru Ijai atau KH Muhammad Zaini Abdul Ghani seorang tokoh Sufi dari kota Banjarmasin
2. Habib Munzir seorang tokoh Sufi dari Pancoran Jakarta.
Mengapa mereka berdua bisa disebut Sahabat Nabi,,,?
Hal ini dikarenakan mereka berdua telah mengaku bertemu Nabi dalam keadaan terjaga, berdasarkan pengertian definisi sahabat yang telah dijelaskan diatas maka beliau berdua termasuk kedalam daftar para Sahabat Nabi
BUKTI PENGAKUAN
Guru Ijai
Sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam yang pertama adalah Guru Ijai “radhiallahu ‘anhu??!!” atau KH
Muhammad Zaini Abdul Ghani, seorang Tokoh Sufi Banjarmasin, ia telah
mengaku bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam keluar dari kuburnya
dan bertemu dengannya.
lihat bukti video di :
Bahkan
yang lebih parah Guru Ijai bukan hanya mengaku bertemu dengan Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam saja akan tetapi juga mengaku bahwa Nabi mencium lututnya,,,??,,!!!
Berikut transkrip Video dari perkataan Guru Ijai :
"Dan
pina-pinanya babinian-babinian nang sama-sama handak ke masjid melihat
ulun berkursi roda, anu,,,bagamis, basurban anak ulun Muhammad di kanan
dan Ahmad di kiri, pina-pinanya babinian nang mesir turki iran, pinanya
itu pinanya tecangan semunyaan, iiih Cuma kedada takdir lalu kada kawin,
maka pinanya babiniannya itu burit ganal-ganal, munnya burit ganal
tukan umpama ditunggang tukan kinyal-kinyal, napa sunyi,,,? Hmm"
lihat di : https://app.box.com/s/i7qjgi3ty1gdnxmp954q,
dari menit ke 14:40
Terjemahan ke dalam bahasa Indonesia,
“Dan
sepertinya para wanita yang sama-sama ingin pergi ke masjid, ketika
melihat saya berkursi roda, anu,,,berpakaian gamis, bersurban, anak saya
yang bernama Muhammad di sebelah kanan dan Ahmad di sebelah kiri,
sepertinya para perempuan yang berasal dari Mesir, dari Turki, dan dari
Iran, sepertinya semuanya tercengang, akan tetapi tidak ada takdir
sehingga aku tidak kawin dengan mereka, maka sepertinya para wanita tersebut pantat-pantatnya besar-besar, kalau pantatnya besar itu, bukankah jika ditunggangi terasa kenyal-kenyal, napa sunyi,,,? Hmm”
Guru
Ijai juga berkata
"Masuk ke dalam masjid mulai babussalam menuju
raudhoh, maka terperangah urang di masjid melihat terutama tentaranya,
seakan-akan tentara itu tadi patuh lawas, lalu memberikan jalan untuk
kursi roda kita menuju raudhoh, urang nang di raudhoh tu semuanya kagum,
selesai ziarah ke makam Nabi, ulun ziarah ke makan nabi polisi-polisi
itu semua menjaga akan, begitu ziarah membuka mata, kita melihat dan
merasa akan, bahwa Rasulullah keluar dari kuburnya, dan selalu Rasulullah itu mencium “lintuhut ulun”
(dalam bahasa Banjar : Lutut Saya-pen), maka ulunpun gugur dari kursi
roda menangis karena rasa kada patut Rasulullah ini mencium lintuhut saurang,
percaya tidak percaya terserah, namun ulun badusta kada wani, malam
pertama, tatkala masuk madinah, maka melihat akan lampu-lampu di,,,,apa
narannya itu di menara-menara masjid, kemudian, kita naik di atas mobil
duduk sampai di muka rumah, maka masing-masing anak buah turunan
badahulu, kita kada kawa turun karena batis dan parut bangkak, kemudian
naik Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ke dalam motor lalu
maangkat ulun, menuntun sampai ke ranjang, maka ulun menangis, lalu
teguring, sekali bangun siti Fatimah dan semua urang nang baqi’il
gharqad kada ketinggalan istri nabi semuanya dan syeikh seman madani dan
semua shahabat-shahabat nabi semua ada dihiga ulun, ulun melihat,
menangis pulang sampai urang adzan pertama, sebelum subuh, semua
mengatakan aku tahu ikam garing, semestinya ikam kada usah kemari karena
ikam sakit, tapi ikam kesini jua, jadi aku nang mendatangi ke rumah
ikam, supaya ikam biar kada usah lagi ke kubur aku, subhanallah sangat
berkesanlah umrah kita pada sekali itu"
lihat di https://app.box.com/s/i7qjgi3ty1gdnxmp954q, dari menit ke 25:36
Point Transkip pengakuan Guru Ijai di atas :
- Dalam kondisi terjaga, ia melihat Nabi keluar dari kuburannya
- Nabi mencium lututnya !!!
- Nabi mengantarnya sampai ke ranjangnya…
- Seluruh sahabat Nabi dan seluruh istri-istri Nabi juga bertemu dengannya dalam keadaan terjaga
Sungguh,,,super khurofat kelas kakap dari ajaran Guru Sufi ini,,,!!!
bukankah jumlah sahabat yang dikubur di Baqi’ puluhan ribu,,,??,,,!!!
Inikah sahabat Nabi dari tanah air Indonesia,,,??
lihatlah juga perkataan pornonya :
"para wanita tersebut pantat-pantatnya besar-besar, kalau pantatnya besar itu, bukankah jika ditunggangi terasa kenyal-kenyal"
perkataan yang diucapkan oleh Guru Ijai dihadapan murid-muridnya tanpa
malu-malu. Di masjid Nabawi,,,tatkala mau ziarah makam Nabi malah
berpikiran porno,,,??
Adapun sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam yang kedua adalah Habib Munzir Al-“radhiallahu
‘anhu??!!” atau Habib Munzir Al-Musaawa tokoh Sufi dari Jakarta Ia telah mengaku meyakini bahwasanya ruh Nabi hadir dalam acara
maulid yang dirayakannya. Habib Munzir berkata dalam ceramahnya:
"Jangan
diantara kalian merasa kalau di dalam maulid itu ruh Nabi tidak hadir.
Kalau orang merasa ruh Nabi tidak hadir dalam maulid berarti dia
mahjuub, dia tertutup dari cinta kepada Nabi" Lalu Habib
Munzir menceritakan bahwa malamnya Nabi datang dalam mimpinya dan
menegur agar Habib Munzir tidak mengucapkan kata-kata kasar dan
marah-marah kepada hadirin, karena yang hadir di acara maulid adalah
tamu-tamu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Akan tetapi hendaknya
Habib Munzir menyampaikan kepada para mereka yang menghadiri acara
maulid bahwasanya Nabi mencintai mereka dan Nabi merindukan mereka.
Silahkan lihat bukti Videonya di :
Dan
kita ketahui bersama bahwasanya barang siapa yang bertemu dengan Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam –meskipun tidak bisa melihatnya dengan
kedua matanya maka ia tetap digolongkan sebagai sahabat. Karenanya
Abdullah bin Umi Maktum radhiallahu ‘anhu tetap dikatakan sebagai
sahabat meskipun kedua matanya buta akan tetapi beliau bertemu dengan
Nabi dan semajelis dengan Nabi.
Sebagaimana Habib Munzir yang meyakini
bahwa Nabi semajelis dengan beliau tatkala beliau merayakan maulid Nabi
shallallahu ‘alahi wa sallam.
Tentunya
kita sebagai orang Indoensia sangatlah bangga ternyata ada diantara
para sahabat Nabi yang berasal dari tanah air indonesia,,,,??
Ternyata fenomena
munculnya “Sahabat Nabi BARU” ini bukanlah fenomena yang baru dalam
dunia Islam. Telah banyak tokoh-tokoh sufiyah yang mengaku bertemu
dengan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dalam keadaan terjaga dan tidak
tidur.
Diantara mereka adalah :
Thoriqot At-Tijaaniyah
mengakui bahwa imam mereka Ahmad At-Tijaani sering bertemu dengan Nabi
dan bercengkrama dengan Nabi shallallahu ‘alahi wasallam.
Mereka berkata :
“Diantara
keistimewaan sayyid kami (Ahmad At-Tijaani) radhiallahu ‘anhu berupa
karomat yang diriwayatkan dan juga manaqib yang masyhuur adalah beliau
melihat dan berkumpul dengan pemimpin manusia (Nabi Muhammad)
shallallahu ‘alaihi wasallam dalam kondisi terjaga dan dalam kondisi
saling berbicara bukan dalam kondisi tidur. Dan karomat ini merupakan
tujuan yang mulia dan impian yang tertinggi di sisi orang-orang yang
sempurna”
Lihat website mereka : http://www.tidjaniya.com/ar/vision-prophete-etat-veille.php
Dengan
demikian maka Ahmad At-Tijaani telah mengambil cara beragama tarikat
At-Tijaaniyah langsung dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Tidak seperti Al-Imam Asy-Syafi’i dan juga seluruh imam madzhab, dan
juga seluruh para ulama) yang harus melalui perantara sanad dangan para
perawi untuk bisa menukil riwayah langsung dari Rasulullah.
Ahmad Ar-Rifaa’i
Dari Syaikh ‘Izzuddin Abul Afaroj Al-Waasithy ia berkata :
“Aku
bersama guru kami, sayyid kami Al-Quthub, Al-Ghouts Al-Jaami’, Abul
‘Abbaas Asy-Syaikh As-Sayyid Ahmad Ar-Rifaa’i Al-Husaini radhiallahu
‘anhu pada tahun 555 Hijriyah yaitu tahun dimana Allah menaqdirkan
beliau untuk berhaji. Tatkala beliau sampai di kota Madinah maka beliau
berdiri ke arah kuburan Nabi ‘alaihi as-sholaatu wassalaam dan beliau
berkata di hadapan banyak orang :
“Assalaamu’alaika wahai kakekku”
Maka Nabi ‘alaihi as-sholaatu wassalaam menjawab : “Wa’alaikas salaam wahai putraku”
Semua
orang yang ada di masjid Nabawi mendengar jawaban Nabi tersebut.
Maka
Sayyid Ahmad Ar-Rifaa’i pun gemetar dan pucat warna kulitnya lalu iapun
tersungkur di atas kedua lututnya lalu beliau berdiri dan menangis lama
dan berkata :
“Tatkala aku jauh (darimu) akupun mengirim ruhku,,,untuk mencium tanah tanah dan itu adalah wakil diriku,,,,
Dan inilah orang-orang telah hadir,,,,maka ulurkanlah tanganmu agar bibirku bisa menciumnya,,,
Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun mengeluarkan tangannya yang mulia yang harum dari kuburannya yang mulia, lalu dicium oleh As-Sayyih Ahmad Ar-Rifaa’i dihadapan banyak orang yang berjumlah sekitar 90 ribu, dan orang-orang melihat tangan Nabi yang mulia..
Sebagaimana dinukil dalam website toriqoh Ar-Rifaa’iyah : http://rifaiyyah.com/?page_id=40)
Ketiga : Mantan Mufti Mesir DR Ali Jum’ah. Ia mengaku telah bertemu Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dalam kondisi terjaga.
silahkan lihat http://www.youtube.com/watch?v=rg610HvsQUs
Apa yang telah dituliskan diatas kesemuanya adalah bentuk Khurofat dusta dari mereka para ulama yang mengajak kepada kesesatan
maka dari itu sejak lama para ulama telah membantah atas khorofat-khurofat dusta semacam ini
PENGINGKARAN ULAMA SYAFI'IYAH TERHADAP KHUROFAT DIATAS
Para
ulama madzhab Syafi’iyyah telah mengingkari khurofat bertemu Nabi
shallallahu ‘alahi wasallam dalam kondisi terjaga setelah wafatnya Nabi.
Diantara mereka adalah :
Pertama :
Al-Hafiz Ibnu Hajar al-‘Asqolani rahimahullah,
Al-Hafiz Ibnu Hajar al-Asqolani beliau telah menukil perkataan Abu Bakr bin al-‘Arobi sbb :
وَشَذَّ بَعْضُ الصَّالِحِيْنَ فَزَعَمَ أَنَّهَا تَقَعُ بِعَيْنِي الرَّأَسِ حَقِيْقَةً
“Dan
telah aneh sebagian orang-orang sholeh, mereka menyangka bahwa mimpi
ketemu Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam akan menjadi kenyataan (di alam
nyata)”
(Fathul Baari 12/384)
Ibnu Hajar juga berkata :
وَقَدِ
اشْتَدَّ إِنْكَارُ الْقُرْطُبِي عَلَى مَنْ قَالَ مَنْ رَآهُ فِي
الْمَنَامِ فَقَدْ رَأَى حَقِيْقَتَهُ ثُمَّ يَرَاهَا كَذَلِكَ فِي
الْيَقْظَةِ
“Sungguh Al-Qurthubi
telah mengingkari dengan keras terhadap orang yang berkata bahwasanya
barang siapa yang melihat Nabi dalam mimpi maka sungguh telah melihatnya
hakikat Nabi, kemudian dia melihatnya juga dalam keadaan terjaga”
(Fathul Baari 12/385)
Dan telah lalu perkataan Ibnu Hajar :
وَنُقِلَ
عن جماعة من الصالحين أنهم رأوا النبي صلى الله عليه وسلم في المنام ثم
رأوه بعد ذلك في اليقظة وسألوه عن أشياء كانوا منها متخوفين فأرشدهم إلى
طريق تفريجها فجاء الأمر كذلك قلت وهذا مشكل جدا ولو حمل على ظاهره لكان
هؤلاء صحابة ولأمكن بقاء الصحبة إلى يوم القيامة ويعكر عليه أن جمعا جما
رأوه في المنام ثم لم يذكر واحد منهم أنه رآه في اليقظة وخبر الصادق لا
يتخلف
“Dinukilan dari sekelompok
orang-orang sholeh bahwasanya mereka telah melihat Nabi shallallahu
‘alahi wa sallam dalam mimpi lalu merekapun melihatnya setelah itu dalam
kondisi terjaga. Lalu mereka bertanya kepada Nabi tentang
perkara-perkara yang mereka khawatirkan, maka Nabipun memberi arahan
kepada solusi, lalu datanglah solusi tersebut. Aku (Ibnu Hajar) berkata :
Ini merupakan perkara yang sangat menimbulkan permasalahan. Kalau
nukilan ini dibawakan kepada makna dzohirnya maka para orang-orang
sholeh tersebut tentunya adalah para sahabat Nabi, dan akhirnya
kemungkinan menjadi sahabat Nabi akan terus terbuka hingga hari kiamat.
Dan yang merusak makna dzohir ini bahwasanya ada banyak orang yang telah
melihat Nabi dalam mimpi lalu tidak seorangpun dari mereka menyebutkan
bahwa ia telah melihat Nabi dalam kondisi terjaga. Dan pengkhabaran
orang jujur tidak akan berbeda”
(Fathul Baari 12/385)
Kedua
:
Adz-Dzahabi rahimahullah
Adz-Dzahabi rahimahullah menyatakan bahwa orang yang mengaku telah
mendengar suara Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam keadaan terjaga
sebagai Dajjaal dan Pendusta, lantas bagaimana jika orang tersebut
mengaku melihat dan bertemu ruh Nabi atau jasad Nabi,,,??
Adz-Dzahabi rahimahullah berkata :
الربيع بن محمود المارديني، دجال مفتر، ادعى الصحبة والتعمير في سنة تسع وتسعين وخمسمائة.
“Ar-Robii’
bin Muhammad Al-Mardini : Dajjaal pendusta, ia mengaku sebagai seorang
sahabat dan dipanjangkan umurnya pada tahun 599 Hijriyah”
(Mizaanul
I’tidaal 2/42)
Ibnu Hajar rahimahullah berkata :

“Ar-Robii’
bin Mahmuud Al-Maardini. Ia termasuk syaikh-syaikh kaum sufiyah, dan ia
mengaku sebagai seorang sahabat. Demikianlah yang disebutkan oleh
Adz-Dzhabi dalam kita Mizaanul I’tidaal. Dan dikatakan ia adalah Dajjal
(pendusta) yang pada tahun 599 H, ia mengaku sebagai seorang sahabat dan
berumur panjang,,,
Aku
(Ibnu Hajar) berkata :
Yang nampak bagiku dari ceritanya adalah yang
dimaksud dengan “sahabat” yang diakui olehnya adalah kabar yang datang
tentang dirinya bahwasanya ia melihat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
dalam mimpi tatkala ia di kota Madinah yang mulia. Maka Nabi berkata
kepadanya, “Engkau telah beruntung di dunia dan di akhirat”. Lalu Ia
(Ar-Robii’ bin Mahmud) setelah terjaga dari tidurnya mengaku bahwa ia
mendengar Nabi mengatakan demikian.
(Al-Isoobah 2/223, biografi no 2745)
Ketiga :
Al-Hafiz Ibnu Katsir rahimahullah.
Al-Hafiz Ibnu Katsir rahimahullah. Dalam
kitabnya Al-Bidaayah wa An-Nihaayah pada biografi Abul Fath At-Thuusy
(Ahmad bin Muhammad bin Muhammad)- Ibnu Katsir berkata :
ثُمَّ
أَوْرَدَ ابْنُ الْجَوْزِيِّ أَشْيَاءَ مُنْكَرَةً مِنْ كَلَامِهِ فاللَّه
أَعْلَمُ، مِنْ ذَلِكَ أَنَّهُ كَانَ كُلَّمَا أَشْكَلَ عَلَيْهِ شَيْءٌ
رَأَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي الْيَقَظَةِ
فَسَأَلَهُ عَنْ ذلك فدله على الصواب
“Kemudian
Ibnul Jauzi menyebutkan perkara-perkara yang mungkar dari perkataan
Abul Fath At-Thusy, Allahu A’lam diantaranya bahwasanya setiap kali
Abul Fath mengalami kesulitan tentang sesuatu maka iapun melihat
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam keadaan terjaga, lalu ia
bertanya kepada Rasulullah tentang perkara yang menyulitkan tadi, lalu
Nabi menunjukkan kebenaran kepadanya”
(Al-Bidaayah wa An-Nihaayah
12/196).
Sangat jelas bahwasanya
bertemunya seseorang dalam keadaan terjaga- dengan Nabi merupakan
perkara yang mungkar menurut Ibnul Jauzi, dan hal ini diakui oleh Ibnu
Katsir.
Keempat :
As-Sakhoowi rahimahullah
Al-Qostholaani berkata :
وأما
رؤيته- صلى الله عليه وسلم- فى اليقظة بعد موته- صلى الله عليه وسلم- فقال
شيخنا: لم يصل إلينا ذلك عن أحد من الصحابة، ولا عن من بعدهم.
وقد
اشتد حزن فاطمة عليه- صلى الله عليه وسلم- حتى ماتت كمدا بعده بستة أشهر-
على الصحيح- وبيتها مجاور لضريحه الشريف، ولم ينقل عنها رؤيته فى المدة
التى تأخرت عنه
“Adapun melihat Nabi
shallallahu ‘alahi wasallam dalam keadaan terjaga (tidak tidur) setelah
wafatnya Nabi, maka guru kami (As-Sakhoowi rahimahullah) berkata :
“Tidaklah sampai kepada kami hal tersebut (melihat Nabi dalam keadaan
terjaga) dari seorangpun dari kalangan para sahabat Nabi, dan juga dari
kalangan setelah para sahabat. Dan sungguh telah berat kesedihan
Fathimah atas wafatnya Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam, sampai-sampai
Fathimah setelah enam bulan menurut pendapat yang shahih- akhirnya
meninggal karena kesedihan yang amat parah. Padahal rumahnya berdekatan
dengan kuburan Nabi yang mulia, akan tetapi tidak dinukilkan dari
Fathimah bahwa beliau melihat Nabi di masa enam bulan tersebut-”
(Al-Mawaahib Al-Laduniyah bi Al-Minah Al-Muhammadiyah 2/371)
Demikianlah
perkataan para ulama madzhab Syafi’iyyah dan pengingkaran mereka
terhadap orang yang mengaku melihat Nabi dalam keadaan terjaga (tidak
tidur)
BANTAHAN
Tentunya
jika memang setelah wafatnya Nabi, ruh Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam masih hadir dalam acara maulid, atau memungkinkan untuk melihat
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam keadaan terjaga maka melazimkan
hal-hal berikut :
Pertama
:
Berarti Ruh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bisa berjumlah ganda.
Karena sangat memungkinkan dalam satu waktu (terutama tanggal 12 Robi’ul
Awwal) dilaksanakan banyak maulid Nabi di penjuru dunia. Dan ruh Nabi
akan hadir di acara-acara maulid tersebut,,,??!!.
Karenanya tidaklah
mengherankan jika sebagian orang-orang yang melaksanakan acara maulid
berdiri serentak dalam rangka menyambut kedatangan Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam dalam acara mereka !!.
Bukankah tatkala Nabi masih
hidup saja beliau tidak bisa menjadikan jasad beliau ganda berada di dua
tempat apalagi setelah meninggal,,,??
Ataukah
maksud Habib Munzir bahwasanya ruh Nabi hanya hadir di acara maulid
yang dihadiri oleh Habib Munzir saja, agar ruh Nabi tetap dikatakan
hanya satu,,,??! lalu bagai mana dengan pengakuan yang lainnya
Kedua :
Meyakini ruh Nabi masih bisa berjalan-jalan diatas muka bumi melazimkan
kita masih bisa berkomunikasi dengan Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam, meminta Nabi untuk memberi solusi tentang
permasalahan-permasalahan yang dihadapi. Dan ini tentunya merupakan
khurofat besar.
Bukankah terjadi perselisihan diantara para sahabat
karena kesalahpahaman dan peran kaum khowarij sehingga terjadi
pertumpahan darah, lantas kenapa mereka (para sahabat) tidak berdiskusi
dengan ruh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam untuk memecahkan
permasalahan dan memberi solusi dalam perselisihan mereka,,,??
Demikian
juga kisah Fatimah radhiallahu ‘anhaa yang menuntut warisan Nabi
shalallahu ‘alaihi wasallam kepada Abu Bakar radhiallahu ‘anhu. Lantas
kenapa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tidak menemui Fathimah atau Abu
Bakar dan menjelaskan hukum yang sebenarnya atau menengahi mereka
berdua,,,??!
Ketiga :
Jika ada yang berkata bahwa ruh Nabi hanya muncul di acara maulid,
tentunya para sahabat akan sangat bersemangat untuk mengadakan acara
maulidan setiap tahun, karena kerinduan dan kecintaan mereka terhadap
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Dan tentunya untuk bisa berdiskusi
dengan Nabi,,,??!!.
Atau bila perlu para sahabat akan melaksanakan acara
maulid Nabi setiap hari demi bisa berjumpa dengan Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam !!
Apakah ada orang sekarang yang mengaku lebih cinta dan lebih rindu kepada Nabi daripada para sahabat,,,??!!
Keempat
:
Jika bisa bertemu dengan ruh Nabi melazimkan orang yang bertemu
tersebut adalah para sahabat. Karena definisi seorang sahabat sebagaimana dijelaskan oleh Ibnu Hajar al-‘Asqolani dan ulama yang
lainnya- adalah :
“Seseorang yang bertemu dengan Nabi dalam keadaan
beriman dan orang tersebut meninggal dalam keadaan beriman”.
Jika
perkaranya demikian maka para sahabat tidak hanya terhenti pada zaman
Nabi shallahu ‘alaihi wasallam tapi akan bisa berlanjut hingga hari
kiamat.
Karenanya buku yang ditulis
oleh Ibnu Hajar rahimahullah dengan judul (الإِصَابَةُ فِي مَعْرِفَةِ
الصَّحَابَةِ) yang menjelaskan tentang nama-nama sahabat adalah buku
yang penuh dengan kekurangan.
Karena masih terlalu banyak sahabat baru
yang datang belakangan bertemu ruh Nabi, atau bertemu Nabi dalam
keadaan terjaga. seperti Guru Ijai dan Habib Munzir sahabat baru dari Indonesia he he he
Kelima
:
Dan jika masih bisa ketemu Nabi setelah wafat beliau dalam keadaan
terjaga maka tentunya buku-buku hadits yang ada sekarang seperti shahih
Al-Bukhari, shahih Muslim, Musnad Al-Imam Ahmad, Sunan Abi Dawud, Sunan
At-Thirmidzi, Sunan Ibni Maajah, Sunan An-Nasaai, Sunan Ad-Daarimi,
Sunan Al-Baihaqi, dll…, ternyata masih jauh dari kelengkapan.
Karena
masih banyak hadits-hadits yang diriwayatkan oleh para sahabat “BARU”
yang bertemu dengan Nabi dan ngobrol-ngobrol dengan Nabi setelah
wafatnya Nabi. Diantara sahabat tersebut Sebagaimana telah lalu- adalah
Ahmad At-Tijany “radhiallahu ‘anhu”,
Ahmad Ar-Rifaa’i "radhiallahu
‘anhu"
DR Ali Jum’ah "radhiallahu ‘anhu"
Guru Ijai "radhiallahu" dan juga Habib Munzir "radhiallahu ‘anhu",,,??!!
Keenam
:
Jika bisa ketemu ruh Nabi dalam kondisi terjaga (setelah wafatnya
Nabi) maka sungguh perjalanan jauh yang ditempuh oleh Al-Imam Al-Bukhari
dan para ahli hadits lainnya dalam mengumpulkan hadits-hadits Nabi
merupakan pekerjaan yang tolol dan membuang-buang waktu dan energi serta
biaya. Sebenarnya caranya mudah saja, yaitu janjian sama Nabi
shallallahu ‘alahi wasallam untuk ketemuan lalu belajar langsung dari
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Ketujuh
:
Jika bisa bertemu Nabi dalam keadaan terjaga (setelah wafat beliau),
maka pernyataan para ulama “Buku yang paling shahih/valid/benar setelah
al-Qur’an adalah kitab Shahih Al-Bukhari’ merupakan pernyataan yang
sangat ngawur. Karena dalam kitab Shahih Al-Bukhari, al-Imam Al-Bukhari
masih meriwayatkan hadits-hadits Nabi melalui perantara jalur-jalur
sanad yang dalam satu sanad terdapat beberapa perawi.
Adapun para
sahabat “BARU” yang bertemu Nabi dalam keadaan terjaga (setelah wafatnya
Nabi) mereka telah meriwayatkan langsung dari Nabi tanpa perantara.
Jadi kalau hadits-hadits “sahabat baru’ ini dikumpulkan maka lebih
shahih dari pada kitab Shahih Al-Bukhari.
Kedelapan
:
Jika ternyata setelah wafat Nabi masih bisa berjalan-jalan di dunia
dan muncul di dunia untuk bertemu dengan para sahabat, maka buat apa
para sahabat menangis dan bersedih tatkala meninggalnya Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam,,,??!!.
Bukankah seharusnya mereka santai saja,,,,, toh
tidak ada bedanya antara Nabi sebelum dan sesudah wafat,,,, sama saja
masih hidup dan masih bisa ditemui dan diajak ngobrol dan diskusi,,, ??!!
Kesembilan
:
Jika Nabi masih bisa berjalan-jalan di dunia setelah wafatnya, lantas
kenapa Umar bin Al-Khottoh bertawassul meminta paman Nabi yaitu
Al-‘Abbas bin Abdil Muttholib untuk mendoakan agar Allah menurunkan
hujan,,,??, kenapa Umar tidak langsung saja ketemu ruh Nabi dan meminta
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk berdoa agar Allah menurunkan
hujan,,,??!!
Kesepuluh
:
Jika ruh Nabi berjalan-jalan di dunia berarti orang-orang yang
menziarahi kuburan Nabi dan memberi salam kepada Nabi ternyata hanyalah
menziarahi jasad Nabi yang kosong dari ruhnya. Dan barang siapa yang
menganggap bisa ketemu Nabi secara lengkap jasad dan ruhnya setelah
wafatnya Nabi, berarti kuburan Nabi lagi kosong sama sekali, sehingga
para penziarah hanya menziarahi kuburan kosong,,,??!!
Tentunya khurofat bertemu Nabi dalam kondisi terjaga sangatlah bertentangan dengan hadits berikut ini :
ألا
وإن أول الخلائق يكسى يوم القيامة إبراهيم ألا وإنه يجاء برجال من أمتي
فيؤخذ بهم ذات الشمال فأقول يا رب أصيحابي فيقال إنك لا تدري ما أحدثوا
بعدك فأقول كما قال العبد الصالح { وكنت عليهم شهيدا ما دمت فيهم فلما
توفيتني كنت أنت الرقيب عليهم وأنت على كل شيء شهيد } فيقال إن هؤلاء لم
يزالوا مرتدين على أعقابهم منذ فارقتهم
“Ketahuilah
bahwasanya yang pertama kali dipakaikan pakaian pada hari kiamat adalah
Ibrahim ‘alaihis salam. Ketahuilah akan didatangkan beberapa orang dari
umatku lalu di bawa ke arah kiri (ke neraka-epn). Maka aku berkata,
“Wahai Robbi, mereka adalah para sahabatku yang sangat sedikit”. Maka
dikatakan kepadaku, “Sesungguhnya engkau tidak tahu apa yang telah
mereka ada-adakan setelahmu”. Maka akupun berkata sebagaimana perkataan
seorang hamba yang sholeh (Nabi Isa-pen) : “dan adalah aku menjadi saksi
terhadap mereka, selama aku berada di antara mereka. Maka setelah
Engkau wafatkan Aku, Engkau-lah yang mengawasi mereka. dan Engkau adalah
Maha menyaksikan atas segala sesuatu” (QS Al-Maaidah : 117). Maka
dikatakan : Sesungguhnya mereka selalu kembali ke belakang mereka
(murtad) semenjak engkau berpisah dari mereka”
(HR Al-Bukhari no 4652
dan Muslim no 2860)
Tentunya jika
Nabi masih bisa berjalan-jalan setelah wafat beliau maka beliau akan
mengetahui apa yang terjadi dengan sebagian sedikit orang-orang pernah
bertemu dengannya lalu murtad setelah wafat beliau.
Demikian
juga dengan Nabi Isa ‘alaihis sallam yang pada hakekatnya ia belumlah
meninggal akan tetapi diangkat oleh Allah ke langit. Meskipun belum
meninggalpun Nabi Isa tidak mengetahui apa yang terjadi dengan kaumnya
setelah ia berpisah dari mereka. Lantas bagaimana dengan Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam yang telah meninggal dunia,,,??.
Catatan :
Mereka
yang menyatakan bisa bertemu dengan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
dalam kondisi terjaga, telah berdalil dengan sabda Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam :
مَنْ رآنِي فِي الْمَنَامِ فَسَيَرَانِي فِي الْيَقْظَةِ
“Barang
siapa yang melihatku dalam mimpi maka ia akan melihatku dalam keadaan
terjaga”
(HR Al-Bukhari no 6993 dan Muslim no 2266)
Sisi pendalilan adalah sabda Nabi “Ia akan melihatku dalam kondisi terjaga”.
Bantahan terhadap pendalilan ini adalah:
Pertama :
Hadits ini tidaklah sebagaimana yang mereka pahami. Para ulama telah
menjelaskan maksud dan makna hadits ini. Diantaranya Al-Imam An-Nawawi
rahimahullah, beliau berkata :
“…سيراني
في اليقظة ففيه أقوال أحدها المراد به أهل عصره ومعناه أن من رآه في النوم
ولم يكن هاجر يوفقه الله تعالى للهجرة ورؤيته صلى الله عليه وسلم في
اليقظة عيانا والثاني معناه أنه يرى تصديق تلك الرؤيا في اليقظة في الدار
الآخرة لأنه يراه في الآخرة جميع أمته من رآه في الدنيا ومن لم يره والثالث
يراه في الآخرة رؤية خاصته في القرب منه وحصول شفاعته”
“…(Dia akan melihatku dalam keadaan terjaga), maka ada beberapa pendapat.
Pertama
:
Maksudnya adalah orang-orang yang tinggal semasa dengan Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dan maknanya adalah : Barang siapa yang
melihatnya di dalam tidur dan belum berhijroh, maka Allah akan
memberikan taufiq kepadanya untuk berhijroh dan melihat Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam dalam kondisi terjaga .
Kedua
:
Maknanya adalah ia melihat kebenaran mimpi tersebut dalam kondisi
terjaga di akhirat, karena semua umat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
akan melihat Nabi di akhirat, baik yang pernah melihatnya di dunia
ataupaun yang tidak melihatnya di dunia
Ketiga
:
Ia akan melihat Nabi di akhirat dengan penglihatan yang khusus yaitu
dekat dengan Nabi dan akan memperoleh syafa’atnya” (Al-Minhaaj syarh
Shahih Muslim 15/26)
Kedua :
Kalau kita memahami hadits ini sebagaimana yang dipahami oleh mereka,
maka melazimkan setiap orang yang bermimpi ketemu Nabi maka pasti ia
akan melihat Nabi dalam kondisi terjaga. Dan ini adalah perkara yang
didustakan oleh kenyataan. Karena kenyataannya, banyak orang yang
bermimpi ketemu Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam dalam mimpi akan
tetapi mereka tidak melihat Nabi dalam kondisi terjaga.
https://firanda.com/910-ternyata-ada-sahabat-nabi-dari-indonesia.html
Kota Nabi -shallallahu ‘alaihi wa sallam-, 26-11-1434 H / 2 Oktober 2013 M
Abu Abdil Muhsin Firanda
Tidak ada komentar:
Posting Komentar